Dalam menjalani kehidupan, manusia punya rencana masing-masing. Tanpa rencana, tujuan hidup serasa tidak ada. Seorang guru sebelum mengajar dituntut untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) agar alokasi waktu (jam pelajaran) yang ditentukan betul-betul cukup untuk menyelesaikan satu kompetensi dasar ataupun indikator pembelajaran. Demikian juga profesi lainnya, bahkan semua orang membutuhkan sebuah perencanaan dalam menjalani aktivitasnya. Namun, dalam menapaki rencana – rencana tersebut, sudah pasti banyak hal yang menghambat atau mengganggu hingga akhirnya rencana itu hanya sebatas rencana yang tak terealisasi.
Jadi apakah rencana itu dibutuhkan? Bukankah lebih enak menjalani hidup berjalan seperti air mengalir tanpa dihantui oleh rencana? Ataukah kita menunggu terlihat di tikungan???
Jadi apakah rencana itu dibutuhkan? Bukankah lebih enak menjalani hidup berjalan seperti air mengalir tanpa dihantui oleh rencana? Ataukah kita menunggu terlihat di tikungan???
Sebelum kita kupas pertanyaan tersebut, mari kita hayati sebuah cerita fiktif berikut ini.
Lumbantoruan berusia 18 tahun sebentar lagi akan tamat dari SMA. Dia ingin melanjut ke perguruan tinggi, namun karena keadaan ekonomi orangtua yang kurang mampu, dia hanya berharap masuk melalui jalur SNMPTN karena biaya kuliah sebagian besar bantuan dari pemerintah. Dia memang anak yang cukup pintar di kelasnya dan selalu mendapat ranking 10 besar. Jadi dia memiliki peluang dan akhirnya bisa mendaftar melalui jalur bebas test tersebut.
Satu bulan menjelang pengumuman, Lumbantoruan sangat gusar dan khawatir seandainya tidak lulus SNMPTN maka dia tidak tahu lagi entah bagaimana.
Dia ingat kata ayah dan ibunya bahwa mereka tidak akan sanggup membiayai kuliah jika tidak masuk melalui jalur SNMPTN. Intinya tidak lulus SNMPTN, dia tidak akan kuliah.
Namun dia berdoa dengan sungguh-sungguh sambil membuat sebuah catatan di diary nya sebagai berikut :
Jika tidak lulus jalur SNMPTN, aku akan menganggur setahun sambil membantu ayah dan ibu supaya ada modal kuliah jalur SBMPTN atau swasta tahun depan. Namun rencana ku bukanlah rencana Tuhan. Jika rejeki ku masuk jalur SNMPTN atau tidak, itu sudah digariskan Nya.
Pengumuman pun mulai terpampang di koran dan internet. Lumban dengan harap-harap cemas melihat nama dan nomor pesertanya. Dan ternyata!!!! namanya ada dan lulus di satu perguruan tinggi negeri. Dia bangga sekali dan memberitahukan kepada orangtuanya. Kedua orangtuanya pun bangga sekali sambil memeluknya.
Namun, euforia kelulusan itu terhenti sejenak setelah Lumban memberitahu bahwa dia lulus di sebuah Universitas di provinsi yang sangat jauh yaitu Papua, sementara dia lahir dan besar di sebuah desa di Pulau Sumatera. Ayah dan ibunya terkejut, karena walaupun lulus dari jalur SNMPTN biaya hidup anaknya itu juga nantinya pasti besar mengingat di tempat yang jauh dari rumah sendiri, terpaksa anaknya harus beli makan sendiri dan menyewa kost sendiri.
Ayah dan ibunya tak menyangka bahwa Lumban lulus pada pilihan kedua di wilayah Papua. Pilihan pertamanya di Sumatera ternyata tidak lulus.
Menyikapi hal tersebut, sang ayah bersikeras tidak mengizinkan Lumban untuk kuliah di Papua. Alasannya adalah sama saja memerlukan biaya yang besar. Hidup diperantauan yang jauh juga membuat ayah dan ibunya khawatir. Jadi akhirnya Lumban menangis, cita-citanya kuliah dengan beasiswa pupus sudah. Rencananya seperti hanya sebuah khayalan. Namun dia tetap bertekad mengikuti jalur umum atau swasta di tahun depan. Dia sadar mungkin Tuhan berkehendak lain.
***
Sepenggal kisah di atas menunjukkan bahwa rencana yang kita buat, tidak 100% berjalan mulus. Ada kalanya rencana itu semua pupus,ada kalanya rencana itu sudah mendekati 99% tetapi tak berjalan hingga 100% karena sesuatu hal kecil.
Memiliki rencana hidup, akan membuat hari-hari penuh semangat karena ada target yang ingin dikejar, ada titik tujuan yang ingin dicapai. Namun rencana semestinya dipertimbangkan agar tidak terbentur dengan hal-hal yang mengganggu rencana itu. Seperti kisah di atas, Lumban tidak mempertimbangkan pilihannya untuk memilih Universitas di Papua. Seandainya didiskusikan dengan ayah dan ibunya, maka bisa saja pilihan ke Papua diganti ke tempat lain yang lebih dekat.
Sebenarnya dia sudah membuat rencana matang, yaitu :
Rencana A (plan A) : Kuliah >> Jika lewat jalur SNMPTN
Rencana B (plan B) : Menganggur >> Jika tidak lulus SNMPTN dan mencoba jalur umum atau swasta tahun depan.
Hanya saja rencana A yaitu kuliah lewat jalur SNMPTN kurang dipertimbangkan dimana lokasi dan jarak tempuhnya. Sehingga rencana untuk menghindari biaya tinggi menjadi sia-sia.
Jika rencana A terwujud, rencana B tidak akan dipakai. Akan tetapi, kendala yang terjadi di rencana A tidak serta merta menghalangi cita-cita karena sudah ada rencana B. Jadi mengingat kelemahan di rencana A, maka sebelum melangkah ke rencana B sebaiknya dipertimbangkan hal-hal yang memungkinkan tidak terwujudnya rencana itu. Sama seperti pada rencana A, diperlukan pertimbangan lokasi semisal masuk di Swasta di daerah mana, biaya berapa dan lain sebagainya.
Sahabat terkasih, rencana tentunya bukan hanya dalam hal menggapai cita-cita. Setiap apa yang kita lakukan perlu ada rencana. Rencana berkeluarga, rencana punya berapa anak, rencana tinggal dimana dan lain sebagainya perlu direncanakan sejak dini.
Ada orang berprinsip hidup ini dijalani saja, nanti di tikungan pasti nampak arahnya. Memang betul demikian, di tengah jalan akan nampak kemana arah hidup kita, tetapi seolah arah hidup itu tidak kita kontrol sedari awal. Ibarat mengendarai sebuah mobil, 100 meter ke depan akan ada tikungan tajam. Tanpa dikontrol supir, mobil itu akan tetap berjalan lurus sehingga jatuh ke jurang atau menabrak. Akhirnya penyesalan datang di akhir.
Rencana ibarat pattron atau pola kemana dan apa yang harus kita lakukan. Kalau arahnya sudah jelas, kita tinggal menjalani dengan berbagai upaya. Kalau arahnya berubah, kita membuat rencana yang kedua, ketiga dan seterusnya.
Rencana itu kita buat sesuai dengan keadaan sekarang. Tidak mungkin kita membeli emas tahun ini harganya sama dengan harga 5 tahun ke depan.
Rencana itu sudah dipertimbangkan dengan berbagai hal sehingga kegagalan rencana pertama dapat diganti dengan rencana selanjutnya.
Ada sebuah pepatah bijak yang mengatakan :
“If you fail to plan, you are planning to fail”
Artinya
“Jika kamu gagal merencanakan, kamu merencanakan kegagalan”
Jadi intinya untuk mencapai tujuan yang ingin kita capai (keberhasilan) maka kita harus membuat rencana yang baik, rencana yang matang. Jangan membuat hanya satu rencana karena mungkin saja rencana pertama (plan A) bisa diganti dengan rencana kedua (plan B) dan ketiga (plan C).
Jadi intinya untuk mencapai tujuan yang ingin kita capai (keberhasilan) maka kita harus membuat rencana yang baik, rencana yang matang. Jangan membuat hanya satu rencana karena mungkin saja rencana pertama (plan A) bisa diganti dengan rencana kedua (plan B) dan ketiga (plan C).
Namun dibalik semua rencana itu, kita tetap berpasrah dan menyerahkan kepada Tuhan, karena seribu rencana yang kita rancang, Tuhan lah yang berkuasa mewujudkan rencana itu atau tidak.
Rencana kita + doa = rencana Tuhan
Mari membuat rencana yang matang. Salam mariadilmu. See you :) :)
Tulisan ini adalah untuk kalangan sendiri, semoga bermanfaat
Komentar